30 Oktober 2011

Pendidikan Perdamaian Diajarkan



JAKARTA, KOMPAS.com — Pendidikan keaksaraan bagi orang dewasa kini tidak hanya pembelajaran baca, tulis, dan hitung. Akan tetapi, juga mulai disisipkan materi-materi ajar tentang pendidikan karakter dan perdamaian. Modul-modul yang antara lain berisi nilai-nilai hidup rukun damai di dalam keberagaman akan mulai digunakan terutama di daerah-daerah rawan konflik horizontal.


Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hamid Muhammad mengemukakan hal itu seusai pembukaan pameran Hari Aksara Internasional (HAI) ke-46, Kamis (20/10) di Jakarta.

”Tema HAI tahun ini ’Literacy for Peace’ tepat karena konflik horizontal di Indonesia kerap terjadi. Masyarakat kita impulsif. Mudah marah atau terlibat konflik hanya karena masalah sepele,” kata Hamid.
Pendidikan keaksaraan, kata Hamid, harus bisa mengajak masyarakat untuk hidup berdampingan meski berbeda latar belakang suku, etnis, agama, ataupun sosial ekonomi.
Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kemdikbud Ella Yulaelawati mengatakan, sampai saat ini terdapat 8,3 juta penduduk Indonesia yang masih buta huruf. Mayoritas (70 persen) dari mereka berusia di atas 50 tahun dan perempuan (73 persen). Sementara, di dunia masih terdapat 800 juta penduduk yang buta huruf.
Hamid mengatakan, di beberapa lokasi, program keaksaraan juga disertai dengan keterampilan kecakapan hidup atau kewirausahaan.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina Bima Arya mengusulkan agar materi ajar perdamaian dan multikulturalisme diperbarui dengan konteks kekinian. (LUK)